Selasa, 18 Maret 2008

pendekatan 4p dalam pembelajaran

KONSEP PENDEKATAN ” EMPAT P ” DALAM KEGIATAN PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN
Basuki 

Abstrak. Para ahli pendidikan telah mencoba mengembangkan berbagai cara pendekatan dalam proses pembelajaran. Kemampuan guru dalam menentukan pendekatan pembelajaran akan sangat mempengaruhi efektifitas pembelajaran. Artikel singkat ini telah menjelaskan konsep pendekatan “empat P” (Pribadi, Pendorong, Proses, Produk) yang dapat dikembangkan dan dilaksanakan oleh para pendidik dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

Kata Kunci: Pendekatan, Pribadi, Pendorong, Proses, Produk.

PENDAHULUAN
Menurut Prof Utami Munandar, setiap kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang kita lakukan pada hakekatnya tidak dapat dilepaskan dari pendekatan empat P yaitu : Pribadi, Pendorong, Proses, dan Produk.
TEORI TENTANG PRIBADI
Pengertian Kepribadian
Istilah kepribadian (personality) berasal dari kata latin "persona" yang berarti "topeng". Pada masa yunani kuno para aktor memakai topeng untuk menyembunyikan identitas mereka dan untuk memungkinkan mereka memerankan tokoh dalam drama. Teknik drama ini kemudian diambil alih oleh bangsa Roma dan dari merekalah kita mendapatkan istilah "personality" atau kepribadian.
Bagi bangsa Roma, persona berarti "bagaimana seseorang tampak pada orang lain", bukan diri sebenarnya. Dari konotasi kata persona inilah, gagasan umum mengenai kepribadian sebagai kesan yang diberikan seseorang pada orang lain diperoleh. Apa yang dipikir, dirasakan dan siapa dia sesungguhnya termasuk dalam keseluruhan "make up" psikologi seseorang dan sebagian besar terungkapkan melalui perilaku. Karena itu, kepribadian bukanlah suatu atribut yang pasti dan spesifik, melainkan merupakan kualitas perilaku total seseorang.
Terdapat banyak definisi istilah "kepribadian", kebanyakan diantaranya mengikuti definisi Allport. Karena definisi ini yang paling luas cakupannya. Menurut definisi tersebut kepribadian adalah susunan sistem-sistem psiko fisik yang dinamis dalam diri suatu individu yang menentukan penyesuaian individu yang unik terhadap lingkungan. Istilah "dinamis" menunjukkan adanya perubahan dalam kepribadian, menekankan bahwa perubahan dapat terjadi dalam kualitas perilaku seseorang. "Susunan" mengandung arti bahwa kepribadian tidak dibangun dari berbagai ciri yang satu ditambahkan pada yang lain begitu saja, melainkan ciri-ciri ini saling berkaitan. Keterkaitan itu berubah: beberapa ciri menjadi bertambah dominan dan yang lain berkurang, sejalan dengan perubahan yang terjadi pada anak dan dalam lingkungan.
Perkembangan pola kepribadian
Dahulu orang beranggapan bahwa pola kepribadian merupakan produk heriditas dan anak merupakan "sepotong kecil dari balok kayu tua" ("a chip of the old block"). Sekarang terdapat banyak bukti bahwa pola kepribadian merupakan hasil pengaruh hereditas dan lingkungan. Thomas dan kawan-kawan menyatakan "kepribadian dibentuk oleh tim peramen dan lingkungan yang terus menerus saling mempengaruhi". Mereka selanjutnya menerangkan bahwa jika kedua pengaruh itu harmonis, orang dapat mengharap perkembangan anak yang sehat, jika tidak harmonis masalah perilaku hampir pasti akan muncul.
Studi mengenai perkembangan pola kepribadian telah mengungkapkan bahwa tiga faktor menentukan perkembangan kepribadian : faktor bawaan, pengalaman awal dalam keluarga, dan pengalaman-pengalaman dalam kehidupan selanjutnya. Pola tersebut sangat erat hubungannya dengan kematangan ciri fisik dan mental. Ciri-ciri ini menjadi landasan bagi struktur pola kepribadian yang dibangun melalui pengalaman belajar.
Melalui proses belajar, sikap terhadap diri dan metode khas untuk menanggapi orang dan situasi, sifat-sifat kepribadian di dapatkan melalui pengulangan dan kepuasan yang diberikannya. Pengalaman belajar diperoleh dari berbagai lingkungan diantaranya lingkungan lembaga sekolah.
Beberapa Penentu Kepribadian yang Penting
Beberapa penentu kepribadian (determinants of personality) mempunyai pengaruh terbesar pada inti pola kepribadian; pengalaman awal; pengaruh budaya; ciri-ciri fisik; kondisi fisik; daya tarik; intelegensi; emosi; keberhasilan dan kegagalan; penerimaan sosial serta pengaruh sekolah.
Sekolah mempunyai pengaruh perkembangan kepribadian anak dalam pengembangan sifat-sifat dan pembentukan konsep diri. Dalam lembaga sekolah pengaruh guru lebih dominasi baik secara langsung maupun tidak langsung; suasana emosional ruang kelas; disiplin yang digunakan di sekolah; penyampaian nilai budaya; prestasi akademik dan prestasi sosial.
Dengan demikian dari pergantian, perkembangan dan beberapa penentu kepribadian yang penting pribadi / individu tersebut memiliki keunikan. Dari keunikan pribadi tersebut diharapkan timbulnya ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif. Oleh karena itu pendidik atau guru hendaknya dapat menghargai keunikan pribadi dan menemukan bakat-bakat siswanya serta dapat memfasilitasi dan mengembangkannya secara optimal.
TEORI TENTANG PENDORONG
Agar peserta didik dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya sesuai dengan tujuan yang telah digariskan dalam proses belajar mengajar di sekolah, maka membutuhkan sekali adanya dorongan dalam diri individu (motivasi intrinsik) maupun dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik).
Pada tiap orang ada kecenderungan atau pendorong untuk mewujudkan potensinya; untuk mewujudkan dirinya, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang; dorongan untuk mengungkapkan dan mengaktifkan semua kapasitas seseorang. Di samping itu anak memiliki pula sikap, minat, penghargaan dan cita-cita tertentu. Motif, sikap, minat dan sebagainya di atas akan mendorong seseorang berbuat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Oleh sebab itu tugas guru adalah menimbulkan motif yang akan mendorong anak berbuat untuk mencapai tujuan belajar.
Pengertian motivasi
Istilah motivasi dari perkataan (motivate - motivation) banyak digunakan dalam berbagai bidang dan situasi. Dalam uraian ini akan dikemukakan motivasi dalam bidang pendidikan khususnya dalam kegiatan belajar mengajar.
S. Nasution, MA. mengungkapkan: "To motivate a child to arrange condition so that the wants to do what he is capable doing". Memotivasi murid adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga anak itu mau melakukan apa yang dapat dilakukannya.
Thomas M. Risk mengemukakan tentang motivasi sebagai berikut: "We may now define motivation, in a pedagogical sense, as the conscious effort on the part of the teacher to establish in students motives leading to sustained activity to wards the learning goals". Motivasi adalah usaha yang disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan motif-motif pada diri murid yang menunjang kegiatan kearah tujuan-tujuan belajar.
Jelaslah masalah yang dihadapi guru adalah mempelajari bagaimana melaksanakan motivasi secara efektif. Guru harus senantiasa mengingat bahwa setiap motif yang baru, harus tumbuh dari keadaan anak sendiri, yaitu dari motif-motif yang telah dimiliki dorongan-dorongan dasarnya; sikapnya; mentalnya; penghargaannya; cita-citanya; tingkah lakukanya; dan hasil belajarnya.
Teori motivasi
Teori hedonisme
Hedonisme adalah bahasa yunani yang berarti kesukaan, kesenangan atau kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan yang bersifat duniawi. Pada abad ke 17, Hobbes menyatakan bahwa apa pun alasannya yang diberikan seseorang untuk perilakunya. Sebab-sebab terpendam dari semua perilaku itu adalah kecenderungan untuk keberhasilan dan menghindari kegagalan.
Teori naluri (psiko analisis)
Menurut teori naluri, seseorang tidak memilih tujuan dan perbuatan, akan tetapi dikuasai oleh kekuatan bawaan yang menentukan tujuan dan perbuatan yang akan dilakukan. Freud juga percaya bahwa dalam diri manusia ada sesuatu yang tanpa disadari menentukan sikap dan perilaku manusia.
Teori reaksi yang dipelajari
Teori ini berbeda pandangan dengan tindakan atau perilaku manusia yang berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola dan tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Orang belajar paling banyak dari lingkungan kebudayaan di tempat ia dibesarkan. Menurut teori ini, apabila seorang pendidik akan memotivasi anak didiknya, pendidik itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang-orang yang dididiknya.
Teori Kebutuhan
Teori itu beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakekatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis. Diantara kebutuhan itu adalah kebutuhan akan aktualisasi diri seperti kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, mengembangkan diri secara maksimum, kreativitas , dan ekspresi diri.
Macam-macam motivasi
Beberapa psikologi membagi motivasi menjadi dua macam, yaitu: motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah di mana seseorang memperoleh daya jiwa yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu yang timbul dalam dirinya sendiri tanpa dirangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik adalah motif yang timbul yang disebabkan oleh adanya pengaruh atau rangsangan dari luar.
Seorang anak yang didorong oleh motivasi instrinsik biasanya dia ingin mencapai tujuan yang terkandung dalam perbuatan belajarnya, sebagaimana dikatakan para ahli psikologi: "Intrinsik motivation are in berence in the learning situations and meeting pupil needs and purposes", sebaliknya bila seorang belajar untuk mencari penghargaan berupa angka, hadiah, diploma, dan sebagainya berarti didorong oleh motivasi ekstrinsik, karena tujuan yang ingin dicapainya tersebut terletak di luar perbuatan atau disebut dengan "the goal is artificially introduced".
Seorang pendidik atau guru dapat memberikan bermacam-macam motivasi ekstrinsik terhadap peserta didik, namun tidak semua motivasi itu baik bagi perkembangan jiwa mereka. Motivasi yang bagaimanakah yang cocok diterapkan pada diri anak. Beberapa cara untuk membangkitkan atau menumbuhkan motivasi ekstrinsik pada anak, antara lain :
1) Memberi nilai atau angka, nilai yang baik bagi mereka merupakan motivasi dalam kegiatan belajarnya.
2) Hadiah, ini dapat membangkitkan motivasi yang kuat bagi tiap anak dalam melakukan sesuatu pekerjaan atau belajar sekalipun. Tetapi hadiah ini dapat membelokkan pikiran dan jiwa mereka dari tujuan yang sebenarnya.
3) Persaingan, ini sering digunakan sebagai alat untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi.
4) Tugas yang menantang (challenging) tugas yang lebih sulit yang diberikan pada siswa merupakan tantangan dan merangsang mereka untuk belajar secara serius dalam memecahkan tugas tersebut.
5) Pujian, diberikan sebagai akibat memperoleh hasil belajar yang memuaskan.
Fungsi Motivasi
Motivasi sebagai suatu proses, mengantarkan murid kepada pengalaman-pengalaman yang memungkinkan mereka dapat belajar. Motivasi mempunyai fungsi, antara lain : [1\] Memberi semangat dan mengaktifkan murid agar tetap berminat dan siaga; [2] Memusatkan perhatian anak pada tugas-tugas tertentu yang berhubungan dengan pencapaian tujuan belajar [3]Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka pendek dan hasil jangka panjang.
TEORI TENTANG PROSES
Pendidikan yang diselenggarakan di lembaga sekolah hendaknya dalam proses belajar mengajar melibatkan atau memberi kesempatan pada peserta didik dalam berbagai kegiatan. Proses belajar mengajar dengan berbagai kegiatan tersebut diharapkan peserta didik bersibuk diri dan berperan aktif untuk pengembangan potensi yang ada pada dirinya. Dengan demikian mampu membawa perubahan sikap atau tingkah laku pada peserta didik kearah yang positif dan lebih matang.
Menurut Mc. Guire: "Proses perubahan sikap dari tidak menerima ke sikap menerima berlangsung melalui tiga tahap perubahan sikap. Proses pertama adalah adanya perhatian, kedua adanya pemahaman, dan ketiga adanya penerimaan.
Pertama, Perhatian. Peserta didik kala timbul dan adakalanya hilang sama sekali. Suatu saat anak kurang perhatiannya terhadap penjelasan atau meteri yang diberikan oleh guru di muka kelas, bukan disebabkan dia tidak memiliki minat dalam belajar, boleh jadi ada gangguan dalam dirinya atau perhatian lain yang mengusik ketenangannya di ruang kelas atau guru kurang dapat mengembangkan sumber pembelajaran dan strategi pembelajaran yang bervariasi, sehingga anak menjadi tidak tertarik terhadap apa yang dijelaskan guru tersebut.
Untuk membangkitkan perhatian yang disengaja, guru harus dapat menunjukkan pentingnya bahan pelajaran yang disajikan bagi siswa, Berusaha menghubungkan antara apa yang telah diketahui siswa dengan materi yang akan disajikan, merangsang siswa agar melakukan kompetisi belajar yang sehat, berusaha menghindarkan hukuman, dan dapat memberikan hadiah secara bijaksana. Perhatian spontan dapat dibangkitkan dengan cara mengajar dengan persiapan yang baik, menggunakan alat peraga sebagai media, sedapat mungkin menghindari hal-hal yang dianggap tidak perlu, mengadakan selingan yang sehat.
Kedua, Pemahaman. Dalam konteks ini dapat diartikan sebagai suatu kemampuan menangkap makna suatu bahan ajar. Hal ini dapat diperlihatkan dengan cara pertama menerjemahkan bahan dari suatu bentuk ke bentuk lain; kedua menafsirkan bahan (menjelaskan atau meringkas); dan ketiga mengitimasi trend masa depan (seperti memprediksi konsekuensi atau pengaruh). Hasil pembelajaran untuk level ini satu langkah lebih tinggi dari sekedar hafalan.
Ketiga, Penerimaan. Yang dimaksud adalah menunjukkan pada kesediaan peserta didik untuk mengikuti fenomena atau stimulus tertentu, seperti kegiatan di dalam kelas. Dari aspek pengajaran penerimaan (receiving) ini dapat dilihat dalam memperoleh, mempertahankan, dan mengarahkan perhatian peserta didik. Hasil belajar untuk level ini bergerak dari kesadaran yang sederhana sampai pada perhatian tertentu.Dengan demikian pengaruh kelembagaan pendidikan dalam pembentukan jiwa keagamaan pada anak sangat tergantung dari kemampuan para pendidik. Untuk menimbulkan ketiga proses itu, pendidikan agama yang diberikan harus dapat menarik perhatian peserta didik. Untuk menopang pencapaian itu, maka guru agama harus dapat merencanakan materi; metode; alat-alat bantu yang memungkinkan anak-anak memberikan perhatiannya. Di samping itu para guru agama harus mampu memberikan pemahaman kepada anak didik tentang materi pendidikan yang diberikannya dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar diantaranya sebagai berikut :
1. Faktor raw input, (yakni faktor peserta didik) di mana tiap anak memiliki kondisi yang berbeda-beda dalam :
a. Kondisi Fisiologi, seperti : kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, kondisi panca indra terutama penglihatan dan pendengaran.
b. Kondisi Psikologi, seperti : minat, tingkat kecerdasan, bakat dan sebagainya.
2. Faktor environmental input, (yakni faktor lingkungan) baik itu lingkungan alami maupun lingkungan sosial.
3. Faktor instrumental input, yakni faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah dirancangkan. Faktor-faktor instrumental ini dapat berwujud perangkat keras (hardware), maupun perangkat lunak (software)
TEORI TENTANG PRODUK
Produk adalah hasil dari kondisi pribadi dan kondisi lingkungan, yaitu sejauh mana keduanya mendorong "press" seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses (kesibukan, kegiatan) dalam belajar mengajar.
Dalam mewujudkan produk (hasil) yang bermutu tinggi salah satu cara yang tepat adalah pembudayaan guru. Pembudayaan guru merupakan hal yang penting, karena peran mereka sangat strategis dalam proses pengajaran dan pembelajaran sebagai inti dari pendidikan. Untuk meningkatkan mutu dalam pembelajaran, penerapan manajemen mutu terpadu atau Total Quality Management (TQM) oleh guru dirasa penting sekali, karena menajemen peningkatan mutu terpadu sebagai konsep komprehensif dan transformasi budaya dan dukungan oleh filosofi organisasi yang kuat. Penerapan sebuah manajemen yang membuat rencana untuk inovasi dan keunggulan pada segala sesuatu yang dilakukan secara berkelanjutan untuk perbaikan sekolah.
Penerapan manajemen peningkatan mutu dalam pembelajaran dimaksudkan agar tercapai keunggulan proses pembelajaran. Suatu pembelajaran unggul adalah pembelajaran yang mengutamakan hasil dan memberi peluang tinggi bagi guru dan siswa untuk aktif, inovatif, pemanfaatan sarana dan prasarana yang banyak dan memadai.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa makna pendekatan Empat P bagi Guru Pendidikan Agama Islam adalah tercapainya learning objek, materi diterima dengan mudah, meningkatnya bakat dan minat peserta didik dalam belajar, terselesaikannya problem yang dihadapi peserta didik, kepuasan dalam mengajar, terwujudnya produk yang terampil, agamis dan intelektual yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan makna Pendekatan Empat P bagi siswa adalah aktualisasi diri, berpikir kreatif, mandiri, percaya diri, kepuasan dalam belajar dan meningkatnya kualitas hidup.

BIBLIOGRAFI

Ahmadi, Abu. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997.
Daradjat, Zakiah. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1995.
Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga, 1999
Jamaluddin. Psikologi Agama. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004.
Munandar, Utami. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat .Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Sholeh, Abdul Rahman. Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam. Jakarta: Prenada Media, 2004
Syafaruddin. Manajemen Pembelajaran. Jakarta: PT.Ciputat Perss: 2005.
Usman, Basyirudin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Pres, 2002.
Zaini, Hisyam. Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga, 2002.

Tidak ada komentar: